Mau tehe ?
Hotel di Kota Lasem hanya satu (maap saya lupa namanya), dan saya dapat kamar yg harga 70ribu dengan fasilitas kamar mandi dalam dan ada TV. Selepas menaroh tas , kemudian menggunakan waktu malam itu untuk berjalan menyusur Kota Lasem. Alun2 kota yg hanya seukuran lapangan badminton dan ada berjejer penjual aneka makanan malam. Nasi goreng, Angkringan dan mie rebus. Di sebarang jalan ada penjual makanan gendongan dan orang lasem menyebut “OPOR TUYUHAN”.
Kira2 begini ujud Opor Tuyuhan makanan khas kota lasem. Soal rasa ? nikmatt!!! Anda musti coba …
Tuyuhan adalah nama desa di Lasem, nah opor ayam khas Lasem emang muasalnya dari sana. Maka di sebut opor Tuyuhan. Lasem sudah dikenal sebagai kota pelabuhan semenjak abad ke-7 dan merupakan kota besar sepanjang garis pantai utara. Bahkan di Kota Lasem dulu ada Geladak kapal ( pabrik pembuat kapal). Kenapa di Kota Lasem ? sebab di sekitar kota lasem masih banyak pohon2 jati yg untuk bahan membuat kapal. Misal wilayah Rembang dan sekitarnya. Kedatangan orang Cina pertama di Lasem tercatat pada abad XV (1411-1416), bernama Bi Nang Un. Dan untuk mengabadikan nama Bi Nang Un ,maka di kota lasem ada wilayah bernama Binangun.
Batik Lasem
Sejarah batik emang luas banget. Jejak pembauran etnis Cina dan Jawa masih terasa hingga kini di Lasem. Hal itu terekam jelas dalam selembar kain batik Laseman. Lucunya,Motif batik Lasem menyimpan kisah pertautan dua budaya : Cina dan Jawa. Ragam hiasnya kental dengan pengaruh budaya Cina, seperti motif burung hong (lampang kemakmuran), kupu-kupu, banji dan kikin, berpadu serasi dengan motif geometris Jawa seperti parang, kawung, sampai udan liris. Batik lasem mempunyai warna yg khas Yaitu merah darah ayam (getih pitik). Hal ini disebabkan oleh kandungan air di kota lasem yg mempunyai kadar mineral berbeda dengan kota lain ( Solo,Pekalongan atau Semarang). Bahkan pernah ada pengusaha batik membawa bahan pewarna ke pekalongan dan diproses di pekalongan. Hasilnya tidak se”merah” di kota lasem. Ini uniknya !
Kota Tua Lasem
Siang itu saya menyusur perkampungan batik dan bbrp toko disana. Dan akhirnya dikasih referensi untuk menemui Pak SIGIT WITJAKSONO (Njo Tjoen Hian). Dialah sesepuh etnis tinghoa di kota Lasem. Segelas sirup warna hijau dan udapan membuat suasana jadi nampak cair. Pak sigit bercerita ttg kota lasem yg dulunya ada sungai besar membelah kota lasem, Hingga prahu2 besar bisa masuk ke wilayah Lasem. Dan juga soal Gladak kapal ( pabrik kapal) di dekat pesisir. So ? kalo ke Lasem, saya harap anda berkunjung ke pak sigit.
Di sekitar bibir pantai kota lasem terdapat petani pembuat garam. Karena pada kemarau tiba,lahan mereka kering dan dialifungsikan jadi tempat membuat garam. Kunjungan terakhir adalah ke tempat petilasan sunan bonang. Letaknya ada di sebelah timur kota lasem. Dengan berjalan menanjak kira2 10 menit, kita bisa tahu kota lasem dari atas.
Semoga ini bisa jadi referensi kalian yg pengen tahu tentang kota lasem….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar